Jakarta//trans24.id – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menggelar acara Penetapan Hari Sejarah Nasional dan Soft Launching Buku Sejarah Indonesia di Jakarta, Minggu (14/12/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh para tokoh masyarakat, sejarawan, penulis, editor, serta guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi (Dirjen PKT), Dr. Restu Gunawan, menyampaikan laporan lengkap mengenai proses penyusunan Buku Sejarah Indonesia yang dilakukan melalui tahapan panjang, ketat, dan terukur.
“Penyusunan buku ini mencerminkan komitmen kami terhadap akurasi dan kualitas substansi. Kementerian Kebudayaan bertugas memfasilitasi ide dan gagasan para penulis. Penunjukan penulis sepenuhnya berada di tangan editor jilid dan editor umum,” ujar Restu Gunawan.
Ia menjelaskan, proses penulisan dimulai sejak Januari 2024, diawali dengan arahan Menteri Kebudayaan untuk menulis Buku Sejarah Indonesia. Pada Januari dilakukan persiapan awal bersama calon editor jilid guna menyempurnakan kerangka konsep. Februari dilanjutkan dengan sinkronisasi antara editor umum dan editor jilid untuk memastikan keselarasan metodologi dan alur penulisan.
“Pada Maret dilakukan pertemuan rutin antara editor jilid dan para penulis. April, tepatnya tanggal 11–13, dilakukan penyamaan persepsi penulis. Mei, tanggal 24–28, dilakukan peninjauan perkembangan awal dan identifikasi kendala penelitian,” jelasnya.
Restu melanjutkan, pada 28 Juni hingga 2 Juli dilakukan rapat penyempurnaan penulisan dengan empat fokus utama, yakni respons terhadap isu dan masukan publik, penyusunan pendahuluan tiap jilid, penyelarasan alur penulisan, serta penyempurnaan draf.
“Bulan Juli dilaksanakan pertemuan editor dan penulis untuk penguatan substansi dan finalisasi bahan uji publik pada 3–5 Juli. Juli hingga Agustus dilakukan penyuntingan substansi secara mendalam terhadap data dan interpretasi,” katanya.
Ia juga menyebutkan, diskusi publik digelar di berbagai perguruan tinggi untuk menjaring masukan masyarakat dan DPR, antara lain di Istana Daring, Banjarmasin (28 Juli 2025) dengan sekitar 400 peserta, Universitas Negeri Padang (31 Juli), dan Universitas Hasanuddin Makassar (4 Agustus).
“Periode penyerahan naskah dilakukan pada 16–23 Agustus. September hingga Oktober dilakukan penyuntingan oleh editor umum dan sinkronisasi antarjilid. Oktober hingga November dilakukan verifikasi data dan penyelarasan biografi,” tambahnya.
Restu Gunawan menyampaikan apresiasi kepada para penulis, editor, dan pengkritisi.
“Kami berterima kasih kepada seluruh penulis, editor jilid, editor umum, dan para pengkritisi. Tanpa kritik dari berbagai pihak, naskah ini tidak akan sekuat sekarang. Kritik justru menguatkan semangat kami untuk menyelesaikan buku ini,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya sejarah dalam pembangunan bangsa.
“Sejarah adalah fondasi pembangunan bangsa. Jika pemahaman sejarah melemah, maka bangsa akan kehilangan arah. Oleh karena itu, penguatan kesadaran sejarah harus sejalan dengan penguatan kelembagaan dan simbolik,” katanya.
Salah satu langkah simbolik tersebut adalah penetapan Hari Sejarah Nasional, yang diusulkan oleh masyarakat secara daring melalui Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI).
“Alhamdulillah, setelah beberapa tahun, atas inisiatif MSI dan Menteri Kebudayaan, Hari Sejarah akhirnya ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 206 Tahun 2025 tanggal 8 Desember 2025, yang menetapkan tanggal 14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional, ” ungkap Restu.
Ia berharap penetapan ini menjadi momentum untuk memperkuat pembangunan karakter dan identitas bangsa.
“Semoga ini menjadi momentum untuk merancang masa depan Indonesia yang lebih baik, berdaulat, dan berkelanjutan,” tutupnya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sambutannya menegaskan bahwa Buku Sejarah Indonesia ditulis langsung oleh para ahli.
“Buku ini ditulis oleh 123 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di Indonesia. Kami memfasilitasi agar sejarah ditulis oleh ahlinya. Direktorat Sejarah ingin menjadi rumah utama bagi para sejarawan Indonesia,” ujar Fadli.
Ia menyebutkan bahwa penulisan sejarah merupakan proses panjang dan penuh dinamika.
“Kita sering mengatakan sejarah itu penting, tetapi proses penulisannya tidak sederhana. Tahun ini kita selesaikan satu paket Buku Sejarah Indonesia, dan ke depan kita harapkan lahir buku-buku sejarah yang lebih lengkap dan mendalam,” katanya.
Fadli juga menyoroti pentingnya perluasan cakupan sejarah nasional.
“Kita perlu menulis sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan 1945–1949 secara lengkap, sejarah Majapahit, Sriwijaya, Pajajaran, kerajaan-kerajaan Islam, serta berbagai perjuangan lainnya. Pekerjaan sejarawan masih sangat banyak, tinggal kita tentukan prioritasnya,” pungkasnya.
Acara ini sekaligus menjadi momentum soft launching Buku Sejarah Indonesia dan peneguhan komitmen pemerintah dalam memperkuat kesadaran sejarah sebagai fondasi pembangunan bangsa.













